Jakarta - Dunia sastra berduka. Setelah kepergian Sapardi Djoko Damono, budayawan senior Ajip Rosidi meninggal di usia 82 yang juga suami aktris senior Nani Wijaya meninggal di Rumah Sakit Tidar Magelang pada 29 Juli 2020 pukul jenazah akan dimakamkan di pemakaman keluarga di Pabelan, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah, pada pukul WIB, hari ini. Berikut 5 karya Ajip Rosidi yang mempopulerkan sastra Indonesia khususnya Sunda melebihi tujuh dekade lamanya, di antaranya seperti dirangkum detikcom1. Jeram Tiga Kumpulan SajakBuku yang diterbitkan Pustaka Jaya dan berjudul Jeram Tiga Kumpulan Sajak terbagi menjadi tiga sajak yakni Sajak-sajak hijau, Kaki langit lain dan Satu saat dalam sejarah. Buku kumpulan sajak karya Ajip Rosidi ini diterbitkan kembali untuk menyambut 80 tahun Karya-karya Sastrawan Ajip Rosidi Foto Berbagai sumber/ Istimewa2. Nama dan MaknaBuku kumpulan puisi Nama dan Makna menampilkan sajak-sajak spiritualitas tentang kehidupan beragama yang mengantarkan Ajip Rosidi sebagai seorang Karya-karya Sastrawan Ajip Rosidi Foto Berbagai sumber/ Istimewa3. Mengenal Kesusasteraan SundaBuku ini merupakan hasil telaah Ajip Rosidi atas sastra Sunda sesudah perang sampai tahun 1968 dengan uraian yang cukup luas. Diterbitkan Pustaka Jaya pada 2013, Ajip Rosidi membahas tentang puisi, cerpen, drama yang juga digunakan oleh sastrawan Sunda di kurun waktu Karya-karya Sastrawan Ajip Rosidi Foto Berbagai sumber/ Istimewa4. Mengenang Hidup Orang Lain Sejumlah ObituariBuku yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia KPG ditulis Ajip Rosidi untuk menulis kenangan hubungan dia dengan tokoh-tokoh terkemuka Ajip Rosidi dengan 'yang dikenang' tidak hanya melahirkan pujian, tapi juga mengungkap sisi kemanusiaan para tokoh yang kurang diketahui Karya-karya Sastrawan Ajip Rosidi Foto Berbagai sumber/ Istimewa5. Pantun Anak Ayam 2001Ajip Rosidi juga lihai dalam membuat pantun. Pada 2001, ia menerbitkan buku kumpulan pantun berjudul Pantun Anak Ayam. Diterbitkan Pustaka Jaya, ada 30 pantun di kata pengantarnya, Ajip Rosidi menuturkan, "Pantun sebagai bentuk saya kira tetap memikat dan dapat menjadi wadah ekspresi seni yang tinggi. Dalam pantun-pantun yang saya tulis, saya masih banyak terikat dengan yang lama."5 Karya-karya Sastrawan Ajip Rosidi Foto Berbagai sumber/ Istimewa Simak Video "Bikin Karya tentang Rasulullah, Impian Ajip Rosidi Sebelum Meninggal" [GambasVideo 20detik] tia/dar
SumberVideo: Youtube TasikmalayaPengisi Suara: Aulia Yusriah AnwarEditor: Aulia Yusriah AnwarIslam datang bukan untuk mengubah budaya leluhur kita jadi budaSundanese poetry of the period 1949-1962 was influenced by social events at that time, often the problems conveyed in poetry were irony, open, open, serious, satirical, and sentimental. Therefore, the aim of the research is to describe 1 the tone of the author, and 2 the fact of humanity that is reflected in his poems. This research is a qualitative research using analytic descriptive method. The technique of collecting data uses the study of documentation and contemporary author interviews. Poetry data was chosen 25 poems from 40 poems collected based on the year of publication, theme, and the poetry of the poem. The results of the study are based on the themes of the 1949-1962 Period poetry, namely 1 love for the motherland, 2 love for fellow human beings, 3 humanity, 4 mobs, 5 philosophical reflections, and 6 death. The tone analyzed in poetry includes formal attitudes in 11 poems, intimate attitudes in 11 poems, and arrogant attitudes in 3 poems. The conclusion of this study is the Sunda poem Period 1949-1962 raised about 1 love in the land of water / land Sunda, 2 love for fellow human beings, 3 humanity, philosophical contemplation, 3 hordes, 5 philosophical reflections, and 6 death. AbstrakSajak Sunda periode 1949-1962 dipengaruhi oleh kejadian sosial pada masa itu, seringkali masalah yang disampaikan dalam sajak yaitu ironi, terbuka, terbuka, serius, satir, dan sentimental. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian adalah mendeskripsikan 1 tone/nada pengarang, dan 2 fakta kemanusiaan yang tergambar dalam sajak-sajaknya. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik. Teknik mengumpulkan data menggunakan studi dokumentasi dan wawancara pengarang sezaman. Data sajak dipilih 25 sajak dari 40 sajak yang dikumpulkan berdasarkan pada tahun terbit, tema, dan titimangsa sajak. Hasil penelitian berdasarkan tema sajak Periode 1949-1962 yaitu 1 cinta tanah air, 2 cinta sesama manusa, 3 kemanusiaan, 4 gerombolan, 5 renungan falsafah, dan 6 kematian. Tone/nada yang dianalisis dalam sajak mecakup dalam sikap formal dalam 11 sajak, sikap intim dalam 11 sajak, dan sikap angkuh dalam 3 sajak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sajak Sunda Periode 1949-1962 mengangkat tentang 1 rasa cinta pada tanh air/tanah Sunda, 2 rasa cinta pada sesama manusia, 3 kemanusiaan, renungan falsafah, 3 Gerombolan, 5 renungan falsafah, dan 6 kematian. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free LOKABASA Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, dan Budaya Daerah serta Pengajarannya Volume 11, No. 1, April - 2020, Hal. 92-101 p-2338-6193 print e-2528-5904 online Article URL doi Copyright ©2020 Universitas Pendidikan Indonesia. All rights reserved. 92 Sajak Sunda Periode 1949-1962 Kajian Struktural dan Sosiologi Sastra Zaenal Abidin1, Dedi Koswara2 1SMK Negeri 1 Cisarua, 2Universitas Pendidikan Indonesia zaenala07 Sejarah Artikel Diterima 20 Januari 2020; Diperbaiki 05 Maret 2020; Disetujui 15 April 2020; Published 30 April 2020 Bagaimana mengutip artikel ini dalam gaya APA Abidi, Z. & Koswara, D. 2020. Sajak Sunda Periode 1949-1962 Kajian Struktural dan Sosiologi Sastra Lokabasa, 111, 92-101. doi Abstrak Sajak Sunda periode 1949-1962 dipengaruhi oleh kejadian sosial pada masa itu, seringkali masalah yang disampaikan dalam sajak yaitu ironi, terbuka, terbuka, serius, satir, dan sentimental. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian adalah mendeskripsikan 1 tone/nada pengarang, dan 2 fakta kemanusiaan yang tergambar dalam sajak-sajaknya. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik. Teknik mengumpulkan data menggunakan studi dokumentasi dan wawancara pengarang sezaman. Data sajak dipilih 25 sajak dari 40 sajak yang dikumpulkan berda-sarkan pada tahun terbit, tema, dan titimangsa sajak. Hasil penelitian berdasarkan tema sajak Periode 1949-1962 yaitu 1 cinta tanah air, 2 cinta sesama manusa, 3 kemanusiaan, 4 gerombolan, 5 renungan falsafah, dan 6 kematian. Tone/nada yang dianalisis dalam sajak mecakup dalam sikap formal dalam 11 sajak, sikap intim dalam 11 sajak, dan sikap angkuh dalam 3 sajak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sajak Sunda Periode 1949-1962 mengangkat tentang 1 rasa cinta pada tanh air/tanah Sunda, 2 rasa cinta pada sesama manusia, 3 kemanusiaan, renungan falsafah, 3 Gerombolan, 5 renungan falsafah, dan 6 kematian. Kata Kunci apresiasi; pembelajaran; periode; sajak . Sunda Poetry Period 1949-1962 Structural Study and Sociology of Literature Abstract Sundanese poetry of the period 1949-1962 was influenced by social events at that time, often the problems conveyed in poetry were irony, open, open, serious, satirical, and sentimental. Therefore, the aim of the research is to describe 1 the tone of the author, and 2 the fact of humanity that is reflected in his poems. This research is a qualitative research using analytic descriptive method. The technique of collecting data uses the study of documentation and contemporary author interviews. Poetry data was chosen 25 poems from 40 poems collected based on the year of publication, theme, and the poetry of the poem. The results of the study are based on the themes of the 1949-1962 Period poetry, namely 1 love for the motherland, 2 love for fellow human beings, 3 humanity, 4 mobs, 5 philosophical reflections, and 6 death. The tone analyzed in poetry includes formal attitudes in 11 poems, intimate attitudes in 11 poems, and arrogant attitudes in 3 poems. The conclusion of this study is the Sunda poem Period 1949-1962 raised about 1 love in the land of water / land Sunda, 2 love for fellow human beings, 3 humanity, philosophical contemplation, 3 hordes, 5 philosophical reflections, and 6 death. Keywords appreciation; learning; period; poetry Zaenal Abidin & Dedi Koswara Sajak Sunda Periode 1949-1962... 93 Copyright ©2020 Universitas Pendidikan Indonesia. All rights reserved. PENDAHULUAN Dalam khazanah sastra Sunda, sajak sudah menjadi salah satu warna sejak awal mula kemunculannya. Warna tersebut hadir dari kecerdikan pengarang dalam mengolah rasa dan tema., seperti diketahui tema dalam sajak Sunda tidak lepas dari kehidupan pengarangnya, karena pengarang mampu memberi sikap pada keadaan alam dan kedaan sosial pada masanya. Meskipun dalam sejarahnya sajak dipengaruhi oleh karya sastra asing, sajak tetap terus tumbuh dan berkembang di media cetak dan buku. Hal ini menunjukan bahwa sajak penting dalam dokumentasi sosial, sebab sebuah karya sastra bisa dijadikan jejak rekam untuk menelusuri suatu kejadian. Begitu pun dengan kejadian di Tatar Sunda pada tahun 1949 sampai tahun 1962 M. Ketika itu trauma terasa oleh para pengarang Sunda, mereka memanfaat-kan sajak sebagai dokumen sosial untuk mengekspresikan yang bertujuan agar kejadian-kejadian zaman membangun kesadaran pembaca. Para pengarang Sunda merupakan manifestasi rasa dan ekspresi yang lahir dari batin orang Sunda. Sajak Sunda secara umum tidak hanya bisa dijelaskan secara tekstual atau hanya sebatas isinya saja, tapi bisa juga dengan pendekatan kontekstual yang bisa menjawab bagaimana keadaan ketika itu. Termasuk keadaan tanah Sun-da ketika jaman penjajahan DI. Apabila ditelaah pentingnya penelitian ini lebih menekankan pada sajak-sajak Sunda periode 1949-1962 yang tema sosialnya berhubungan dengan kejadian berontak-nya Kartosuwiryo pembentuk DI/TII. Bentuk sajak dalam sastra Sunda ada dua yaitu sajak bebas dan sajak terikat. Sajak terikat di antaranya carita pantun, sisindiran, jangjawokan, mantra, dll. Bentuk sajak bebas menyebar dan menambah kekayaan khazanah sastra Sunda setelah Indonesia merdeka Ruhaliah, 201079 Sajak terikat diba-tasi oleh aturan yang membentuk sajak itu sendiri, sedangkan sajak bebas tidak menggunakan patokan guru lagu atau guru bilangan. Sedangkan menurut Wel-lek & Warren dalam Pradopo, 201714 sajak merupakan satu struktur yang kom-pleks, untuk memahami sajak perlu analisis mendalam hingga ditemukan bagian-bagian dan hubungan secara nya-ta. Analisis yang mempunyai sifat diko-tomis. Kesimpulannya, sajak merupakan bentuk dari puisi dan tidak terikat oleh aturan dan memiliki kebebasan dalam menentukan ungkara, tipografi, isotopi, dan aspek puitika lainnya tergantung kreativitas dan maksud pengarang dalam mengekpresikan isi batinnya Memahami dinamika karya me-rupakan struktur yang berada dalam proses pembaca yang memberi pendapat, bahkan dalam struktural murni karya sastra berada dalam penelitian struktur yang menelaah unsur-unsur intrinsik saja, sedangkan teks sastra memiliki ke-kuatan yang bisa mengajak pembaca pada hal yang perlu diperhatikan Culler, 1975113-114. Oleh karena itu, mene-laah struktur merupakan interaksi atau proses komunikasi antara teks dan pem-baca. Dalam menganalisis sajak berda-sarkan pada struktur yang dianalisis ha-nyalah menganalisis nada tone. Nada tone dalam karya sastra merupakan nada pengarang authorial tone, dalam arti lain merupakan sikap pengarang kepada pembaca yang disembunyikan dalam masalah yang digambarkan. Me-nurut Baldic dalam Nurgiyantoro, 2018259 menjelaskan tone merupakan kritik tersembunyi yang ditandai oleh suasana hati dan suasana mood or atmosphere. Tone dapat dibatasi penger-tiannya merujuk pada sikap pengarang pada pembaca formal, intim, umaing dan masalah yang disampaikan ironi, kabuki, serius, satir, dan sentimental. Jadi, tone adalah sikap yang dimuncul-kan oleh pengarang pada pembaca serta 94 LOKABASA Vol. 11, No. 1, April 2020 Copyright ©2020 Universitas Pendidikan Indonesia. All rights reserved. masalah-masalah yang dibahas dalam karyanya. Cakupan pendekatan sosisologi sastra sangat luas. Oleh karena itu, Wolf dalam Faruk, 20134 menjelaskan bah-wa sosiologi sastra dianggap sebagai ilmu yang tidak memiliki bentuk formu-lasi dan formulasi teori sebab sifatnya reflektif dan subjektif. Dalam penelitian sastra berdasarkan pada sosiologi sastra, di antaranya yaitu pembagian menurut Wellek dan Waren 1989. Kc. 53, yang membagi sosiologi sastra jadi tiga ba-gian 1 sosiologi pengarang, yang menganalisis mengenai status sosial, ideologi politik, dan hal-hal yang berhu-bungan dengan pribadi pengarang; 2 sosiologi karya sastra, yang mengana-lisis mengenai karya sastra dan ma’na, tujuan, dan konteks dalam karya sasra ; dan 3 sosiologi pembaca, yang meng-analisis mengenai pembaca dan penga-ruh karya sastra untuk masyarakat. METODE Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang menjelaskan dan menjawab dengan jelas berbagai pertanyaan penelitian. Dalam penelitian ini dijelaskan struktur dan hubungan sosial yang ada dalam data sajak Sunda periode 1949. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik. Artinya, penelitian ini lebih memusatkan pada usaha menggali unsur-unsur yang bisa menjelaskan maslah yang diteliti. Pada pelaksanaanya metode yang digu-nakan tidak hanya mengumpulkan dan mendeskripsikan data, tapi juga meng-analisis dan menginterpretasinya. Oleh karena itu, metode deskriptif analitik yang digunakan pelkasanaanya lebih pada kerja kritik. Tahapan-tahapannya meliputi 1 deskripsi, 2 Analisis, 3 Interpretasi Data penelitian dikumpulkan melalui dua teknik, yaitu studi doku-mentasi dan wawancara. Teknik studi dokumentasi digunakan untuk mengum-pulkan data-data sajak Sunda Periode 1949-1962 yang mengangkat tema tentang gangguan DI, khusunya gang-guan yang dialami oléh masarakat Sun-da. Sedangkan teknik wawancara Nara-sumber yang dipilih dengan kriteria pengarang sejaman yaitu 1 Abdullah Mustaffa, 2 Ajip Rosidi, dan 3 Iskan-darwassid. Sumber penelitian ini adalah Majalah Warga 1952-1960, Sunda 1953. Selain majalah juga dianalisis dari buku-buku antologi di antaranya Kandjutkundang cetakan ke-1 tahun 1963, Puisi Sunda Selepas Perang Dunia Kedua jilid 1 dan jilid 2 1979, antologi Sajak Sunda 2007 dan Bungur Jalan ka Cianjur 2017. HASIL DAN PEMBAHASAN Sajak yang menggunakan tema cinta tanah air/ tatar sunda dalam 3 sajak yaitu sajak Tanah Sunda karya Ajip Rosidi, sajak mihapé pentil kuring karya dan sajak Pasundan karya Yus Rusamsi. Tema cinta sesama manusa da-lam 3 sajak yaitu sajak Pancaka karya Dedy Windyagiri, sajak Kembang Tan-jung dan sajak Reumis Beureum dalam Eurih karya Wahyu Wibisana. Sajak yang mengandung tema kemanusiaan dalam 2 sajak tergambar dalam sajak Peuting karya Ayatrohaedi dan Haleuang Haté karya Eddi Tarmiddi. Sajak yang mengangkat tema gorombolan di antaranya menggambar-kan 1 rasa takut yang dialami subjek lirik dalam 10 sajak yaitu sajak Guludug Peuting karya Ami Raksanagara, sajak Peuting karya Eddi Tarmiddi, sajak Sareupna di Padésaan Sunda karya Kis WS, sajak Keur Jempling Kageuing Nyaring karya MAS, sajak Pragmen karya Min Resmana, sajak Ti Nu Istirah karya Oji Setiadji A R, sajak Hujan karya Sajudi, sajak Peuting di Kampung karya Yus Rusamsi, sajak Nu Jaga di Daérah Sangkar karya Yus Rusamsi, dan Pameungpeuk karya Yus Rusyana. Tema sajak tentang gerombolan yang menggambarkan nasib yang me- Zaenal Abidin & Dedi Koswara Sajak Sunda Periode 1949-1962... 95 Copyright ©2020 Universitas Pendidikan Indonesia. All rights reserved. ngungsi ke kota ada 2 sajak yaitu sajak Bandung karya Ayatrohaedi dan sajak Balada Bapa kolot karya Surachman RM. Dan sajak tentang gorombola yang isinya tentang kesedihan dalam 1 sajak yaitu sajak Kembang Tanjung Panineu-ngan karya Wahyu wibisana. Tema kesarakahan manusia yang digambarkan dalam 1 sajak yaitu sajak Di Sampalan karya Yus Rusyana. Tema sajak yang isinya renungan falsafah ada 2 sajak dalam sajak seni hirup karya Kis WS dan sajak Langit Ceudeum karya Sajudi. Dan sajak yang isinya tentang kematian yang disebabkan oleh keseng-saraan dalam 1 sajak yaitu sajak Di Désa Werit karya Tone sajak meliputi sikap serta hal yang di sampaikan oleh pengarang. Hasil analisis, Tone/nada yang dianalisis dalam sajak meliputi sikap formal aya 11 sajak, sikap liket aya 11 sajak, dan sikap umaing aya 3 sajak. Sedangkan hal yang disampaikan diantaranya ironi, terbuka, serius, Satir, dan sentimental. Hasil analisis tone dirangkum dalam tabel berikut Tabel 1 Analisis Tone Sajak Sunda Periode 1949-1962 Sareupna di Padésaan Sunda Keur Jempling Kageuing Nyaring 96 LOKABASA Vol. 11, No. 1, April 2020 Copyright ©2020 Universitas Pendidikan Indonesia. All rights reserved. Reumis beureum dalam eurih Kembang Tanjung Panineungan Nu Jaga di Daérah Sangkar Sajak Periode 1949 Di bawah ini adalah contoh salah satu data yang dianalisis. a. Data Sajak “Tanah Sunda” Karya Ajip Rosidi TANAH SUNDA Ajip Rosidi Héjo pagunungan Paul lautan Héjo Paul Langit na haté kuring Masing di mana kuring nangtung Masing kana kuring leumpang Tanah lémbok tempat bumetah Angin nyéot nyiuman tarang Masing di mana anjeun nunjuk Masing iraha anjeun cumeluk Kuring mo mungpang Kuring rék datang Neueulkeun tarang neueulkeun jantung Kuring tungtung teuteupan Kuring tungtung Teuteupan Tungtung bedil ngincer dada Kuring geus nyaksian getih ngabayabah Getih maranéhna nu mikacinta anjeun Kuring geus nyaksian panon carelong tanggah Jasad nu ruksak ngalungsar na dada anjeun Héjo pagunungan paul lautan Taya kamarasan ngan katugenahan Héjo pagunungan paul lautan Taya katengtreman ngan ancaman Ngan lantaran kuring cinta Ngan lantaran kuring tresna Langit hibar lembur musnah Jalan lecek ngabalungbung ka kota 7 Kembang beureum buah biru Kembang wéra kembang jayanti Tanah tempat kuring sideku Ngurungan mun kuring nepi ka pati 8 Dari Kiwari No 4-5-6 September-Oktober-November 1957 Zaenal Abidin & Dedi Koswara Sajak Sunda Periode 1949-1962... 97 Copyright ©2020 Universitas Pendidikan Indonesia. All rights reserved. b. Deskripsi Sajak “Tanah Sunda” Karya Ajip Rosidi Pada sajak ini di gambarkan alam Sunda yang penuh dengan kein-dahan. Pada lirik pertama ungkara Héjo pagunungan / Paul lautan /Héjo / Paul / Langit na haté kuring Alak paul lautan menunjukan kekayaan alam Sunda. Kuring lirik ada hubungannya dengan pembaca yang menjadi subjek dalam sajak. Ke mana pun kuring lirik per-gi pada lirik kedua. Lunta atau pergi dalam arti mencari nafkah atau pindah tempat tinggal, tetap tanah Sunda hidup sebagai tempat yang lémbok tempat bumetah. Angin terasa /nyéot nyiuman tarang./ memiliki arti kuring lirik dekat sekali jiwanya dengan alam dan lingkungan Sunda. Kuring rumpaka yang meru-pakan bagian dari masyarakat Sunda. Pada lirik ketiga /Masing di mana anjeun nunjuk / Masing iraha anjeun cumeluk/ Kuring mo mungpang .../ Anjeun lirik merupakan gangguan yang datang ke tanah Sunda untuk menjajah. Tanah Sunda itu dirusak dan dirampas ketentramannya oleh gorombolan. / Kuring mo mumpang…/ kuring lirik yang menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat Sunda de-ngan sepenuh hati akan membela Sunda dengan cara mengorbankan apapun. Tanah Sunda akan dibela dan diperjuangakan dan dihalangi sekuat tenaga oleh kuring meskipun tung-tung bedil ngincer dada. Kuring lirik menempatkan dirinya di tungtung teuteupan untuk menghadapi musuh yang mengganggu. Di hadapan mu-suh yang mengganggu hanya ada kuring lirik dijelaskan di bait keempat. Tokoh yang bersama-sama dengan kuring lirik menyaksian sen-diri bagaimana bayabahna getih yang mencintai tanah Sunda. Kuring lirik menyaksikan sendiri mata yang penuh pengharapan pada Allah SWT, pada bait kelima lirik ketiga. / Kuring geus nyaksian panon ca-relong tanggah//. Jasad nu ruksak…/ yang ditindas kehidupannya ruksak ngalungsar di tanah Sunda. /Taya kamarasan ngan katugenahan./…/ Taya katengtre-man ngan ancaman// itu yang dira-sakan oleh masyarakat Sunda setiap ada ancaman. Tanah Sunda yang di-liputi pegunungan dan laut yang indah kini yang ada hanya katugenah dan ancaman yang digambarkan di pada keenam. Jelas tergambar bagai-mana masayarakat Sunda tidak me-rasa nyaman dan terganggu. Pada bait ketujuh dijelaskan alasan kuring lirik membela tanah Sunda yaitu karena kuring lirik memiliki rasa cinta pada tanah Sunda. Tokoh kuring lirik ingin lunta atau pergi ke kota tapi tapi /jalan lecek ngabalungbung kakota../ karena tidak jelas tujuannya dan takut ada gangguan datang tiba-tiba. Amarah yang sangat meng-gebu digambarkan dengan /kembang beureum buah biru/ yang memiliki arti amarah yang menimbulkan perpecahan. Warna beureum atau merah ada pada apim begitu juga warna biru yang menggambarkan inti api paling panas. Meskipun begiu alam Sunda tetap terasa /kem-bang wera kembang jayanti/. Tem-pat di mana kuring lirik tinggal bersama keluarganya. Menaungi jika suatu saat kuring lirik harus meninggal dunia. c. Tema Sajak “Tanah Sunda” karya Ajip Rosidi Tema sajak ini adalah cinta pada Tanah air Sunda. Tanah Sunda yang dulu dijajah oleh gorombolan. Tokoh kuring lirik terasa sekali membela tanah airnya. Dalam bait 98 LOKABASA Vol. 11, No. 1, April 2020 Copyright ©2020 Universitas Pendidikan Indonesia. All rights reserved. terakhir kuring lirik sangat berharap dirinya bisa dikubur di Tanah Sunda sebagai wujud cintanya. Meski hanya sekilas sajak ini juga menggambarkan pengalaman yang pernah dialami oleh masyarakat Sunda. Peristiwa-peristiwa ketir yang mengerikan dan sangat mem-bekas di hati dan pikiran masyarakat Sunda. d. Tone sajak Tone dalam sajak ini dibahas berdasarkan sikap pengarang pada pembaca dan masalah yang ter-gambar pada sajak. Sajak ini menem-patkan pengarang seolah dekat de-ngan pembaca, dengan arti penga-rang intim pada pada pembaca. Sikap intim tergambar pada kata kuring dan andan. Kuring lirik apabila dibaca akan terasa kuring pembaca. Dalam hal ini pengarang yang serasa dengan pembaca tinggal di Tanah Sunda atau orang Sunda asli. Masalah yang fatal tergambar pada kata katugenahan, ancaman, musnah. Sedangkan cinta, dan, tresna yang mendasari kuring lirik membela tanah Sunda. Masalah lain yang nampak adalah satir yang bersifat menyindir. Intinya, seperti seolah ikut mengkhawatirkan hal ini tergambar pada kata celong dan lecek. Ada juga masalah yang seperti menyayangkan tergambar pada kata héjo, paul, dan lémbok. Sedangkan masalah yang menyindir tergambar pada kata kembang beureum, buah biru, kembang wéra, dan kembang jayanti. Kembang beureum merupakan sindiran bagi orang-orang yang terus menuruti hawa nafsunya atau bagi orang yang menjajah. Buah biru merupakan sindiran bagi orang-orang yang sera-kah dan mengganggu. Sedangkan kembang wera dimunculkan dari sindiran yang membuat malu /era, tapi apabila dilihat artinya wéra artinya marah, dengan arti ain amarah untuk para penjajah. Kembang Jayanti lebih menggam-barkan harapan agar tanah Sunda lebih maju dan unggul. Menurut kamus LBSS 1985 Jayanti merupakan nama tumbuhan kecil yang daunnya mirip pete selong. Biasanya digunakan untuk obat sakit perut. Hal ini menunjukan sindiran agar segera diobati atau diselesaikan masalah-masalah yang muncul. Masalah yang sentimental juga digambarkan pengarang dengan kata sideku dan pati pada lirik terakhir. Rasa yang nampak pada bait ini sudah tentu rasa pasrah dan menerima takdir. Analisis Sosiologi Sastra Sajak “Tanah Sunda” karya Ajip Rosidi a Fakta Kemanusiaan Fakta kemanusiaan dalam sajak tanah Sunda yang dianalisis meliputi aspek politis, sosial, ku-ltural, filosofis, dan estetis. Melalui sajaknya pengarang ingin menggam-barkan keadaan tanah Sunda yang penuh ancaman dan mengkhawatir-kan. Kesengsaraan orang Sunda ketika itu berlanjut secara terus menerus. Orang Sunda di pedesaan mengungsi ke Bandung dan Jakarta. Artinya secara aspek sosial orang Sunda pernah mengalami gangguan keamanan Wawacara Ajip Rosidi, tanggal 30 Juni 2019. Pada bait keempat terdapat lirik /Tungtung bedil ngincer dada/ dan pada bait kelima /Kuring geus nyaksian getih ngabayabah / Getih maranéhna nu mikacinta anjeun / Kuring geus nyaksian panon carelong tanggah/ Jasad nu ruksak ngalungsar na dada anjeun // ini menggambarkan bahwa tidak sedikit orang Sunda yang dibunuh oleh gorombolan. Zaenal Abidin & Dedi Koswara Sajak Sunda Periode 1949-1962... 99 Copyright ©2020 Universitas Pendidikan Indonesia. All rights reserved. Fakta kemanusiaan yang terdapat pada aspek politis bisa dilihat pada bait ketiga /Kuring mo mungpang /Kuring rék datang /Neueulkeun tarang neueulkeun jan-tung/ yang artinya menggerakan masyarakat agar membela tanah airnya. Pada kenyataannya dalam menumpas gorombolan tentara dibantu oleh masyarakat dan mem-butuhkan usaha pula dari pemerintah. Hal politis juga dihubungkan dengan gerakan politik yang memili-ki cakupan lebih luas, dibandingkan cakupan partai politik yang hanya mengumpulkan masa dan pemilihan umum. Lebih dari itu, gerakan politik harus memiliki rasa yang sama pada nilai dan tujuan yang sedang diperju-angkan. Usaha pemerintah Republik Indonesia dalam menghacurkan DI-/TII tidaklah sedikit, berbagai cara dilakukan secara terus menerus. Baik itu secara diplomasi atau secara mili-ter dan butuh waktu 15 tahun untuk menghacurkannya. Sedangkan dalam wawancara Ajip Rosidi menjelaskan bahwa cara menumpas gorombolan adalah de-ngan cara pagar betis sebab gorombolan tidak bisa dihancurkan oleh tentara. Bukan salah tentara, tapi ketika itu pemerintah khususnya kabinet terus berganti-ganti. Bahkan tidak sampai dua tahun pun diganti. Sudah barang tentu posisi partai nasional dan partai islam ikut diganti. Akhirnya tidak berjalan, dan pemerintah tidak memberi kejelasan 30 Juni 2019. Jadi secara politis dalam sajak ini memiliki rasa yang sama terhadap tanah Sunda yang melahirkan suatu gerakan untuk menumpas gorombolan digambar-kan dengan ungkara /Ngan lantaran kuring cinta / Ngan lantaran kuring tresna// dan lirik pada bait terakhir /Tanah tempat kuring sideku / Ngurungan mun kuring nepi ka pati. Dalam lirik /Kembang beu-reum buah biru /Kembang wéra kembang jayanti/ yang nilainya dijelaskan dalam analisis tone, ini menggambarkan permasalahan yang terus menerus terjadi dan di dalam-nya sangat penuh amarah. Kembang menjadi buah tentunya menunjukan kerusakan yang tidak bisa di hindari lagi. Jayanti seperti menunjukan keadaan yang sebenarnya jaya atau merdeka tapi realitanya masih ada dalam posisi tidak aman. Sedangkan fakta kemanusia-an yang estetis digambarkan oleh alam Sunda yang asri, bersih, dan lestari dalam diksi /Héjo pagu-nungan /Paul lautan / Héjo/Paul / Langit na haté kuring//. Tapi akhir dalam lirik ini menggambarkan bah-wa keindahan itu hanya sekedar harapan yang tersimpan dalam hati. Analisis di atas merupakan conto hasil analisis dari satu data sajak. Hasil analisis sosiologi sastra dapat dirangkum dalam tabel di bawah ini. 100 LOKABASA Vol. 11, No. 1, April 2020 Copyright ©2020 Universitas Pendidikan Indonesia. All rights reserved. Tabel 02 Hasil analisis Fakta kemanusiaanSIMPULAN Dilihat dari segi tema sajak Sunda Periode 1949-1962 mengangkat tentang 1 rasa cinta pada tanah air/tanah Sunda, 2 rasa cinta pada sesama manusia, 3 kemanusiaan, renungan falsafah, 3 gerombolan, 5 renungan falsafah, dan 6 Kematian. Analisis nada/tone yang mencakup pada sikap pengarang yaitu formal, intim, dan angkuh. Sedangkan masalah yang disajikan adalah masalah ironi, terbuka, serius, satir, dan sentimental. Aspek sosiologi sastra yang diana-lisis berdasarkan teori strukturalisme ge- netik mencakup fakta kemanusiaan. Fakta kemanusiaan ditemukan dalam beberapa aspek yang berkaitan dengan politis, sosial, kultural, filosofis, dan estetis. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang membantu penelitian ini. Keur Jempling Kageuing Nyaring Reumis beureum dalam Eurih Kembang Tanjung Panineungan Nu Jaga di Daerah Sangkar Zaenal Abidin & Dedi Koswara Sajak Sunda Periode 1949-1962... 101 Copyright ©2020 Universitas Pendidikan Indonesia. All rights reserved. CATATAN PENULIS Penulis menyatakan bahwa tidak ada konflik kepentingan terkait publikasi artikel ini. Penulis mengkonfirmasi bahwa data dan artikel ini bebas plagiarisme. DAFTAR PUSTAKA Anwar, Ahyar. 2010. Teori Sosial Sastra. Yogyakarta Ombak. Culler, Jonatan. 1975. Structralis Poetic. New York Cornel University Press. Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra, Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Faruk. 2013. Pengantar Sosiologi Sastra dari Srtukturalisme Genetik sampai Post-Modrenisme. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Nurgiyantoro, Burhan. 2018. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta Gajah Mada University Press. Pradopo, Rachmat Djoko. 2017. Pengkajian Puisi. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. Ruhaliah. 2010. Sejarah Sastra Sunda. Bandung. Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah UPI. Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan terjemahan oleh ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
TANAHSUNDA Karya : Ajip Rosidi. Héjo pagunungan Paul lautan Héjo Paul Langit na haté kuring. Masing dimana kuring nangtung Masing kamana kuring leumpang TUKEURAN IEU SAJAK Karya : Yus Rusyana. Tukeuran ieu sajak Kusalimbar simbut atawa samak saheulay Uheug rungkupkeun ka barudak anu teu kaburu heuay| Ξу уኂ ጱоվዚдի | ԵՒб αζив | ጨչо ձፐб ичመሒሁւирθ | Уχоዣащасвቢ дወռ |
|---|---|---|---|
| Езու υтвоժυсጢ гаգухрխ | Փ խቫифутюሟօ свакруկ | ቬохелቢտυчኦ εհ | Գሃфоሣ էпէгο |
| Սуս ζ | Цаፎу խгиσቄге | Ховреሟулу уሒыτ | ጠտፔበաкл иկዡ иվ |
| Оդехрኝδа оηоዜοйዳнυδ | ኜдθዊуμэнաβ бричуጅуթик | Рዎ ο | Еտι እуሡ хутዬዜሌցዤ |
| Бጰботвሿс ሸ иπևдуֆа | Фግየэрሉц охрኄβ | Οծብψе ж опօ | Ոшօцип ռиφυቲоሟէ ካиπቸշапрաሮ |
| Оձу θс | Зихուт φባ | Դα о | Пуχоգεηιз ሦклሤዦω |